Orgasme merupakan kepuasan yang didapatkan apabila melakukan seks.
Namun fenomena apa yang terjadi pada otak manusia saat sedang mengalami
orgasme.
Orgasme adalah gerakan yang mendadak, kontraksi dan
adanya gelombang gairah seksual. Namun terkadang tidak semua orang bisa
mencapai orgasme dengan maksimal. Dalam hal ini otak memainkan peranan
besar untuk mencapai orgasme yaitu tubuh mengirimkan pesan ke otak.
Tanpa adanya saraf yang mengirimkan impuls ke sumsum tulang belakang dan otak, maka orgasme tidak akan mungkin terjadi.
Sama dengan daerah lain di tubuh, daerah genitalia (kelamin) juga
mengandung berbagai saraf yang dapat mengirimkan informasi ke otak untuk
memberitahukan adanya sensasi yang sedang dialami. Hal ini pula yang
menjelaskan mengapa sensasi orgasme berbeda karena tergantung dari
daerah mana yang disentuh dan saraf yang terlibat.
Semua alat kelamin memiliki ujung saraf besar yang pada akhirnya akan terhubung ke saraf besar menuju sumsum tulang belakang.
Seperti dikutip dari Howstuffworks, Selasa (9/3/2010) ada beberapa
saraf yang bertanggung jawab terhadap rangsangan di daerah kelamin,
yaitu:
Saraf hipogastrikus yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari leher rahim pada wanita dan dari prostat pada pria.
Saraf panggul yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari vagina pada wanita dan dari rektum pada pria.
Saraf pudenda yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari klitoris pada wanita dan skrotum pada pria.
Saraf vagus yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari leher rahim, rahim dan vagina.
Saraf panggul yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari vagina pada wanita dan dari rektum pada pria.
Saraf pudenda yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari klitoris pada wanita dan skrotum pada pria.
Saraf vagus yang berfungsi mentransmisikan rangsangan dari leher rahim, rahim dan vagina.
Selama adanya rangsangan seksual, maka daerah-daerah yang berbeda di
otak akan menerima semua informasi ini dan memungkinkan terjadinya
orgasme serta menimbulkan sensasi yang sangat menyenangkan.
Pada
akhir tahun 1990-an, ilmuwan dari University of Groningen di Belanda
melakukan beberapa penelitian untuk menentukan aktivitas otak selama
terjadi rangsangan seksual.
Tim peneliti menggunakan PET scan
untuk mengamati berbagai daerah di otak yang akan menyala dan mati
selama aktivitas seksual. Ternyata ditemukan tidak terlalu banyak
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
"Daerah otak di
belakang mata kiri yang disebut dengan korteks lateral orbitofrontal
akan menutup turun selama orgasme. Ini merupakan daerah akal dan kontrol
perilaku, sehingga jika orang mengalami orgasme akan kehilangan
kendali," ujar Janniko R. Georgiadis, salah seorang peneliti.
Sedangkan menurut Dr Gert Holstege otak seseorang yang sedang mengalami
orgasme sekitar 95 persennya sama dengan saat orang menggunakan heroin.
Namun ada beberapa perbedaan yang ditemui. Ketika seorang perempuan
berhubungan seksual, bagian dari batang otak yang disebut dengan
eriaqueductal abu-abu (PAG) diaktifkan yang berfungsi mengendalikan
respons kesenangan atau melawan. Selain itu otak perempuan juga
menunjukkan penurunan aktivitas di amigdala dan hipokampus, yang
berhubungan dengan rasa takut dan kecemasan.
Peneliti berpendapat
bahwa perbedaan-perbedaan ini karena perempuan memiliki kebutuhan lebih
untuk merasa aman dan santai dalam menikmati seks. Dan juga daerah
korteks yang berhubungan dengan rasa sakit diaktifkan pada perempuan,
hal ini menunjukkan ada hubungan yang jelas antara rasa sakit dan
kesenangan.
Studi juga menunjukkan meskipun perempuan bisa menipu
pasangannya dalam hal pencapaian orgasme, namun otaknya tetap
menunjukkan kebenaran.
Ketika perempuan diminta untuk
berpura-pura orgasme, maka aktivitas otak di dalam cerebelum dan daerah
lain yang terkait mengendalikan gerakan akan meningkat. Dan hasil scan
tidak menunjukkan adanya aktivitas otak yang sama pada perempuan yang
mengalami orgasme sesungguhnya.
Sementara itu ada juga orang yang
bisa merasakan orgasme tapi bukan berasal dari rangsangan alat kelamin
misalnya sentuhan di puting susu. Para peneliti percaya bahwa sensasi
yang dikirim dari rangsangan puting susu akan memberikan informasi yang
sama dengan rangsangan dari alat kelamin.(detik)